Momentum Krisis Eknomi Amerika

Amerika Serikat dirundung krisis ekonomi yang akut. Kiblat ekonomi dunia ini sedang berjuang mengjar ego keangkuhannya. Krisis ini pun segera menyebar kepada seluruh jejaring negeri Paman Sam ini, melalui virus dolar dan mitos modern tentang kejayaan ekonomi kapitalisme.

Bagaimana Indonesia?

Saya berharap dua hal. Yaitu kita cepat tersadar dan merubah kiblat ekonomi kemakmuran kita pada teori-teori, ukuran-ukuran dan mazhab kapitalisme dan pertumbuhan ekonomi yang bagus untuk dipidatokan dan di cetak tebal-tebal laporannya. Mau coba alternatif system ekonomi islam?

Hal kedua adalah segera membei vaksin kepada ekonomi rakyat agar tak berimbas krisis yang menggurita ini. Lalu apa itu ekonomi rakyat? Ya ekonomi riil yang dierakkan konsumsi rakyat. YakinlahkKita perlu segara menyetop konsumsi dari impor dan ajari rakyat menjadi konsumen produk bangsanya sendiri. Jika kita tak mungkin kendalikan pasar bebas, maka kendalikan komunikasi dan iklan media impor. Kita dapat memberi ruang seluasnya pada produk rakyat untuk beriklan di media TV. Ini akan memfungsikan metode yang sudah ada seperti permodalan dan sector social seperti zakat yang turut menopang kekokohan para ekonom kecil.

Profil konsumen Indonesia

Perlu sebuah gerakan untuk mengubah pola konsumsi kita. Di sisi lain kita perlu menguatkan aspek produksi. Saya berharap kita dapat memfokuskan pada produk dengan nilai impor paling besar. Kita perlu membuat substitusi dengan produksi masal produk-produk tersebut dari tangan pribumi.

Kita tak perlu mengandalkan penduduk kota yang kaya memulai gerakan ini, karena yang ada hanyalah perlawanan. Tak mudah melarang orang kota ke kafe. Maka yang perlu digerakkan adalah masyarakat umum di desa-desa. Kita berharap imbasnya di kota. Ini akan efektif bila gerakan ini disupport oleh media dan tangan besi pemimpin kepada oportinis politik.

Politik Ekonomi

Saya meyakini Indonesia dengan potensi sebesar ini haruslah menjadi pemegang kendali bagi sumber daya dunia. Kepemimpinan ekonomi kita yang lemah bukan karena kita kurang akal dan kalah negosiasi ekonomi, kita hanya belum mampu merekrut borokrasi yang anti korupsi dan membela kepentingan ummat diatas kepentingan diri dan keluarga.

Dengan menggeser isu ekonomi dari pertumbuhan menjadi isu distribusi, maka otomatis kemakmuran akan menjadi focus kita. Distriusi asset dan distribusi kemakmuran ini haruslah menjadi batu timbang bagi keberhailan ekonomi kita.

Siapa yang mau buat debat terbuka : Keruntuhan Kapitalisme dan Bangkitnya Ekonomi Distribusi?

No comments: