Belajar dari Timur

Saya kira sudah mestinya makin banyak dari kita yang menginginkan menjadi Bangsa yang mandiri dan independen. Kesadaran ini harus dibangun oleh kita semua. Mulailah dengan keyakinan akan anugrah Allah kepada kita yang demikina sempurna atas ciptaan alam Indonesia dan Manusia Indonesia yang cerdas.
Apalagi dunia mencatat di Indonesia inilah ditemukan fosil manusia tertua, boleh jadi peradaban kita pernah paling maju di seluruh dunia. Nenek moyang kita menciptakan Borobudur (bangunan ini menurut saya mengungguli Piramid yang dibangun perdaban Mesir atau bahkan Aya Sofia yang dibangun peradaban Romawi). Kita juga menguasai teknologi kapal laut yang membuat pelaut kita berlayar hinga madagaskar. Kita juga pernah jaya dalam angkatan perang sehinga Majapahit hampir menguasai seluruh Asia Tenggara.
Lalu penjajahan membuat kita menjadi bangsa minder, sehingga kila ciut untuk duduk sejajar dengan Barat. Alih-alih untuk belajar, maka kita kesampingkan metodologi dan national wise kita dan kita belajar mati-matian metodologi barat. Akhirnya kita tak dapat meningkatkan ilmu arsitektur dan teknik sipil dari keberhasilan Borobudur, dan menggantikanya dengan teknologi impor sehingga membuat rumah perumnas pun hasil nya retak-retak hanya 1 tahun setelah diresmikan. Kita belajar teknik kapal dari barat, sehingga kita lupa amanat pendahulu kita untuk membuat dan mengembangkan pinisi milik sendiri yang mampu arungi samudra, dan akhirnya kita cuma bisa membeli kapal bekas milik tetangga. Dan banyak hal lain lagi yang bisa dijadikan bahan renungan.
Jangan lupa, negara Barat belum terlalu lama belajar kepada pemikir dan ilmuwan dari khazanah Timur dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Secara mendasar, kita memerlukan sebuah revolusi dibidang pemikiran dan pendidikan. Dan revolusi dunia pendidikan kta tak akan pernah lahir dari para pendidik yang lahir dan terkagum-kagum pada kiblat pendidikan Barat.

No comments: